Search This Blog

Saturday, August 28, 2010

SEJARAH MUSIC BLUES

Blues dikenal sebagai sebuah aliran
musik vokal dan instrumental yang
berasal dari Amerika Serikat (AS). Musik
yang mulai berkembang pesat pada
abad ke-19 M itu muncul dari musik-
musik spiritual dan pujian yang biasa
dilantunkan komunitas kulit hitam asal
Afrika di AS. Musik yang menerapkan
blue note dan pola call and response
itu diyakini publik AS dipopulerkan
oleh ‘Bapak Blues’–WC Handy
(1873-1958).

Percayakah Anda bahwa musik Blues
berakar dari tradisi kaum Muslim
Awalnya, publik di negeri Paman Sam
pun tak meyakininya. Namun, seorang
penulis dan ilmuwan serta peneliti
pada Schomburg Center for Research
in Black Culture di New York, Sylviane
Diouf, berhasil meyakinkan publik
bahwa Blues memiliki relasi dengan
tradisi masyarakat Muslim di Afrika
Barat.
Untuk membuktikan keterkaitan
antara musik Blues Amerika dengan
tradisi kaum Muslim, Diouf memutar
dua rekaman. Yang pertama
diperdengarkannya kepada publik
yang hadir di sebuah ruangan
Universitas Harvard itu adalah
lantunan adzan–panggilan bagi umat
Islam untuk menunaikan ibadah shalat.
Setelah itu, Diouf memutar Levee Camp
Holler.

Rekaman kedua itu adalah lagu Blues
lawas yang pertama kali muncul di
Delta Mississippi sekitar 100 tahun
yang lalu. Levee Camp Holler bukanlah
lagu blues yang terbilang biasa. Lagu
itu diciptakan oleh komunitas kulit
hitam Muslim asal Afrika Barat yang
bekerja di Amerika pasca-Perang Sipil.
Lirik lagu Levee Camp Holler yang
diperdengarkan Diouf itu terdengar
seperti panggilan suara adzan–berisi
tentang keagungan Tuhan. Seperti
halnya lantunan adzan, lagu itu
menekankan kata-kata yang terdengar
bergetar. Menurut Diouf, langgam
yang sengau antara lagu Blues Levee
Cam Holler yang mirip adzan juga
merupakan bukti adanya pertautan
antara keduanya.
Publik yang hadir di ruangan itu pun
takjub dengan kebenaran bukti yang
diungkapkan Diouf. “Tepuk tangan
pun bergemuruh, sebab hubungan
antara musik Blues Amerika dengan
tradisi Muslim jelas-jelas terbukti,”
papar Diouf. “Mereka berkata,

‘Wow, benar-benar terdengar sama.
Blues ternyata benar berakar dari sana
(tradisi Islam )’.”

Jonathan Curiel dalam tulisannya
bertajuk, Muslim Roots, US Blues,
mengungkapkan bahwa publik
Amerika perlu berterima kasih kepada
umat Islam dari Afrika Barat yang
tinggal di Amerika. Sekitar tahun 1600
hingga pertengahan 1800 M, banyak
penduduk kulit hitam dari Afrika Barat
yang dibawa paksa ke Amerika dan
dijadikan budak.
Menurut para sejarawan, sekitar 30
persen budak dari Afrika Barat yang
dipekerjakan secara paksa di Amerika
itu adalah Muslim. “Meski oleh
tuannya dipaksa untuk menganut
Kristen, namun banyak budak dari
Afrika itu tetap menjalankan agama
Islam serta kebudayaan asalnya,”
cetus Curiel.

Mereka tetap melantunkan ayat-ayat
Alquran setiap hari. Namun, sejarah
juga mencatat bahwa para pelaut
Muslim dari Afrika Barat adalah yang
pertama kali menemukan benua
Amerika sebelum Columbus. “Tak
perlu diragukan lagi, secara historis
kaum Muslimin telah memberi
pengaruh dalam evolusi masyarakat
Amerika beberapa abad sebelum
Christopher Columbus
menemukannya,” tutur Fareed H
Numan dalam American Muslim History
A Chronological Observation.
Curiel menambahkan, pengaruh lainnya
yang diberikan komunitas kulit hitam
yang beragama Muslim di Amerika
terhadap musik Blues adalah alat-alat
musik yang bisa mereka mainkan. Pada
era perbudakan di Amerika, orang kulit
putih melarang mereka untuk
menabuh drum, karena khawatir akan
menumbuhkan semangat perlawanan
para budak.

Namun, penggunaan alat musik gesek
yang biasa dimainkan umat Islam dari
Afrika masih diizinkan untuk dimainkan
karena dianggap mirip biola. Guru
Besar Ethnomusikologi dari Universitas
Mainz, Jerman, bernama Prof Gehard
Kubik mengatakan alat musik banjo
Amerika juga berasal dari Afrika.
Secara khusus, Prof Kubik menulis
sebuah buku tentang relasi musik
Blues dengan peradaban Islam di
Afrika Barat berjudul, Africa and the
Blues, yang diterbitkan University
Press of Mississippi pada 1999. “Saya
yakin banyak penyanyi Blues saat ini
yang tak menyadari bahwa pola musik
mereka meniru tradisi musik kaum
Muslim di Arab” cetusnya.

Secara akademis Prof Kubik telah
membuktikannya. “Gaya vokal
kebanyakan penyanyi Blues
menggunakan melisma, intonasi
bergelombang. Gaya vokal seperti itu
merupakan peninggalam masyarakat
di Afrika Barat yang telah melakukan
kontak dengan dunia Islam sejak abad
ke-7 dan 8 M,” paparnya. Melisma
menggunakan banyak nada dalam satu
suku kata.

Sedangkan, intonasi bergelombang
merupakan rentetan yang beralih dari
mayor ke skala minor dan kembali lagi.
Hal itu sangat umum digunakan saat
kaum Muslim melantunkan adzan dan
membaca Alquran. Dengan fakta itu,
papar Prof Kubik, para peneliti musik
seharusnya mengakui bahwa Blues
berakar dari tradisi Islam yang
berkembang di Afrika Barat.
Meski telah dibuktikan secara
akademis, namun masih banyak pula
yang tak mengakui adanya pengaruh
tradisi masyarakat Muslim Afrika dalam
musik Blues. “Non-Muslim sangat
sulit untuk meyakini fakta itu, karena
mereka tak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang peradaban Islam
dan musik Islami,” ungkap Barry
Danielian, seorang pemain terompet
yang tampil bersama Paul Simon,
Natalie Cole, dan Tower of Power.
Suara lantunan adzan dan ayat-ayat
Alquran yang biasa dilantunkan para
Muslim kulit hitam di Amerika
mengandung musikalitas. “Dalam
jamaah saya, kata Danielian yang
tinggal di Jersey City, New Jersey,

‘Ketika kami berkumpul dan sang
imam datang ada ratusan orang dan
kami melantunkan doa, pasti
terdengar sangat musikal. Anda akan
mendengar musikal itu seperti orang
Amerika menyebut Blues.’”
Begitulah tradisi Islam di AS telah
melahirkan sebuah aliran musik
bernama Blues

No comments:

Post a Comment